Minggu, 15 Juni 2014

arus ac satu fase dan 3 fase


Makalah Energi dan Elektrifikasi

                                            LISTRIK AC
                           SATU FASE DAN TIGA FASE

                                                Oleh:
                                               Fadlon
                                         1205106010030

logo_unsyiah_fromacehdesain.jpg
 








PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM BANDA ACEH
2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.Latar belakang

            Motor induksi adalah adalah motor listrik bolak-balik (ac) yang putaran rotornya tidak sama dengan putaran medan stator, dengan kata lain putaran rotor dengan putaran medan stator terdapat selisih putaran yang disebut slip. Pada umumnya motor induksi dikenal ada dua macam berdasarkan jumlah fasa yang digunakan, yaitu: motor induksi satu fasa dan motor induksi tiga fasa. Sesuai dengan namanya motor induksi satu fasa dirancang untuk beroperasi menggunakan suplai tegangan satu fasa
Motor induksi satu fasa sering digunakan sebagai penggerak pada peralatan yang memerlukan daya rendah dan kecepatan yang relatif konstan. Hal ini disebabkan karena motor induksi satu fasa memiliki beberapa kelebihan yaitu konstruksi yang cukup sederhana, kecepatan putar yang hampir konstan terhadap perubahan beban, dan umumnya digunakan pada sumber jala-jala satu fasa yang banyak terdapat pada peralatan domestik. Walaupun demikian motor ini juga memiliki beberapa kekurangan, yaitu kapasitas pembebanan yang relatif rendah, tidak dapat melakukan pengasutan sendiri tanpa pertolongan alat bantu dan efisiensi yang rendah.
Motor Induksi 3 fasa adalah alat penggerak yang paling banyak digunakan dalam dunia industri.  Hal ini dikarenakan motor ini mempunyai konstruksi yang sederhana, kokoh, harganya relatif murah, serta perawatannya yang mudah, sehingga motor ini mulai menggeser penggunaan motor DC pada industri. Akan tetapi terdapat persoalan awal dalam men-start sebuah motor yaitu problem pada arus awal yang besar. Kedua adalah bahwa momen awal yang sering terlampau kecil. Untuk kebanyakan motor, arus awal adalah empat sampai tujuh kali besarnya arus nominal, dan untuk motor-motor yang agak besar, hal ini tidak dapat diizinkan, karena mengganggu jaringan dan dapat merusak motor itu sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN
1.Motor satu fase
  Konstruksi motor induksi satu fasa terdiri atas dua komponen yaitu stator dan rotor. Stator adalah bagian dari motor yang tidak bergerak dan rotor adalah bagian yang bergerak yang bertumpu pada bantalan poros terhadap stator. Motor induksi terdiri atas  kumparan-kumparan   stator  dan  rotor  yang  berfungsi  membangkitkan   gaya gerak  listrik  akibat  dari  adanya  arus  listrik  bolak-balik  satu  fasa  yang  melewati kumparan-kumparan  tersebut sehingga terjadi suatu interaksi induksi medan magnet antara  stator  dan  rotor.
Motor listrik induksi satu phase hanya memiliki satu gulungan stator, beroperasi dengan pasokan daya satu phase, memiliki sebuah rotor kandang tupai,dan memerlukan sebuah alat untuk menghidupkan motornya. Sejauh ini motor inimerupakan jenis motor yang paling umum digunakan dalam peralatan rumahtangga, seperti fan angin, mesin cuci dan pengering pakaian, dan untuk  penggunaan hingga 3 sampai 4 Hp .
Pada motor induksi satu phase,ketika stator dicatu dengan tegangan AC satu phase maka pada stator tidak timbulsuatu medan magnet putar, tetapi menimbulkan 2 medan putar yang sama tetapimemiliki arah yang berbeda. Hal ini tetap dapat menimbulkan arus induksi padarotor, akan tetapi dengan adanya 2 medan putar yang sama dengan arah yang berlawanan, rotor tidak dapat berputar tetapi hanya bergetar.
Perbedaan utama antara berbagai jenis motor AC fasa tunggal adalah bagaimana mereka pergi tentang memulai rotor dalam suatu arah tertentu seperti bahwa bidang bolak akan menghasilkan gerakan berputar ke arah yangdiinginkan. Hal ini biasanya dilakukan oleh beberapa perangkat yangmemperkenalkan fase-bergeser medan magnet pada salah satu sisi rotor.Rotor motor satu fasa sama dengan rotor motor tiga fasa yaitu berbentuk  batang-batang kawat yang ujung-ujungnya dihubung singkatkan dan menyerupai bentuk sangkar tupai, maka sering disebut rotor sangkar.
Cara kerja listrik satu fase:
Motor AC satu fasa berbeda cara kerjanya dengan motor AC tiga fasa,dimana pada motor AC tiga fasa untuk belitan statornya terdapat tiga belitan yangmenghasilkan medan putar dan pada rotor sangkar terjadi induksi dan interaksitorsi yang menghasilkan putaran. Sedangkan pada motor satu fasa memiliki dua belitan stator, yaitu belitan fasa utama (belitan U1-U2) dan belitan fasa bantu(belitan Z1-Z2), lihat gambar1.
[gb.1.jpg]
Gambar 1. Prinsip Medan Magnet Utama dan Medan Satufasa
Belitan utama menggunakan penampang kawat tembaga lebih besar sehingga magnet Bantu Motor memiliki impedansi lebih kecil. Sedangkan belitan bantu dibuat daritembaga berpenampang kecil dan jumlah belitannya lebih banyak, sehinggaimpedansinya lebih besar dibanding impedansi belitan utama. Grafik arus belitan bantu (Ibantu) dan arus belitan utama (Iutama) berbeda fasa sebesar φ, hal inidisebabkan karena perbedaan besarnya impedansi kedua belitan tersebut.Perbedaan arus beda fasa ini menyebabkan arus total, merupakan penjumlahanvektor arus utama dan arus bantu.




Medan magnet utama yang dihasilkan belitanutama juga berbeda fasa sebesar φ dengan medan magnet bantu.
[gb.2.jpg] 
Gambar 2. grafik Gelombang arus medan bantu dan arus medan utama
[gb.3.jpg]
Gambar 3. Medan magnet pada Stator Motor satu fasa
Belitan bantu Z1-Z2 pertama dialiri arus Ibantu menghasilkan flukS magnet Φ tegak lurus, beberapa saat kemudian belitan utama U1-U2 dialiri arusutama Iutama. yang bernilai positip. Hasilnya adalah medan magnet yang bergeser sebesar 45° dengan arah berlawanan jarum jam. Kejadian ini berlangsung terussampai satu siklus sinusoida, sehingga menghasilkan medan magnet yang berputar  pada belitan statornya.
Rotor motor satu fasa sama dengan rotor motor tiga fasa yaitu berbentuk  batang-batang kawat yang ujung-ujungnya dihubung singkatkan dan menyerupai bentuk sangkar tupai, maka sering disebut rotor sangkar.
[gb.4.jpg]
Gambar 4. Rotor sangkar
Belitan rotor yang dipotong oleh medan putar stator, menghasilkantegangan induksi, interaksi antara medan putar stator dan medan magnet rotor akan menghasilkan torsi putar pada rotor.
2. Motor tiga fase
Motor induksi adalah suatu mesin listrik yang merubah energi listrik menjadi energi gerak dengan menggunakangandengan medan listrik dan mempunyai slip antaramedan stator dan medan rotor. Konstruksi dari motor 3  fasa terdiri dari sebuah stator dan rotor. Stator  merupakan bagian dari motor yang tidak berputar dan terletak pada bagian luar. Dibuat dari besi bundar  berlaminasi dan mempunyai alur – alur sebagai tempat melekatkan kumparan. Sedangkan rotor merupakan bagian dari motor yang berputar bebas dan letaknya bagian dalam. Terbuat dari besi laminasi yang mempunayi slot dengan batang alumunium / tembaga.
Motor induksi 3 fasa merupakan motor yang paling banyak digunakan dalam industri hal ini disebabkan karena motor induksi 3 fasa mempunyai konstruksi yang sederhana, kokoh, harganya relatif murah, serta perawatannya yang mudah, akan tetapi motor induksi 3 fasa juga mempunyai kelemahan yaitu :kecepatan tidak mudah dikontrol, power factor rendah pada beban ringan, serta arus start yang besar pada starting awalnyabiasanya 5 – 7 kali arus nominal.
Motor listrik induksi tiga phase medan magnet yang berputar dihasilkanoleh pasokan tiga phase yang seimbang. Motor tersebut memiliki kemampuandaya yang tinggi, dapat memiliki kandang tupai atau gulungan rotor (walaupun90% memiliki rotor kandang tupai); dan penyalaan sendiri. Diperkirakan bahwasekitar 70% motor di industri menggunakan jenis ini, sebagai contoh, pompa,kompresor.
Pada motor induksi tiga phase, ketika stator dicatu dengan tegangan AC 3 phase, maka pada kumparan-kumparan stator akantimbul suatu medan putar. Flux yang dihasilkan oleh medan putar ini akanmemotong kumparan-kumparan pada rotor dan menimbulkan arus induksi padarotor. Arus induksi yang mengalir ini akan mengakibatkan timbulnya medan padarotor. Interaksi medan rotor dengan medan putar pada stator ini menimbulkansuatu torsi yang menyebabkan rotor berputar searah dengan arah medan putar stator.
Cara kerja motor tiga fase:
Cara pengasutan motor induksi 3 fasa dengan menggunakan hubungan Y - D dapat dilakukan secara manual dan otomatis. Cara manual dapat dilakukan dengan Penggunaan saklar bintang segitiga pada pengasutan menggunakan hubungan Y - Dterhadap  motor induksi 3 fasa akan tetapi hal ini tidak praktis untuk kondisi sekarang yang serba memerlukan otomatisasi kerja agar dapat mengefisienkan waktu sehingga hal tersebut digantikan dengan cara otomatis.Dengan menggunakan komponen Timer pada pengasutan hubungan Y - D  motor induksi 3 fasa.  Namun terdapat kendala yang dihadapi oleh penggunaan komponen Timer sebagai pengalihan waktu untuk pengasutan motor 3 fasa dari hubungan Y ke hubungan D yaitu sulitnya mencari komponen ini di pasaran dan harga komponen Timer yang kurang ekonomis disamping itu juga tegangan yang digunakan untuk menjalankan Timer ini masih menggunakan tegangan 220 V sehingga adanya ketidaknyamanan dalam pengoperasiannya.
Pengasutan Motor induksi 3 fasa (Hubungan Y - D) Menggunakan Kapasitor Sebagai Timer, Kapasitor yang berarti komponen yang bersifat menyimpan muatan listrik, dengan memanfaatkan pengisian kapasitor sehingga kendala dari penggunaan Timer untuk pengasutan motor 3 fasa dapat diatasi karena komponen ini sangat banyak dipasaran dan juga tegangan kerja yang diperlukan relatif lebih kecil sehingga hal ini membuat keamanan dari segi pengoperasian dan keuntungan dari sisi ekonomis.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Motor listrik induksi satu phase hanya memiliki satu gulungan stator, beroperasi dengan pasokan daya satu phase, memiliki sebuah rotor kandang tupai,dan memerlukan sebuah alat untuk menghidupkan motornya.
Pada motor induksi satu phase,ketika stator dicatu dengan tegangan AC satu phase maka pada stator tidak timbulsuatu medan magnet putar, tetapi menimbulkan 2 medan putar yang sama tetapimemiliki arah yang berbeda
Motor listrik induksi tiga phase medan magnet yang berputar dihasilkanoleh pasokan tiga phase yang seimbang. Pada motor induksi tiga phase, ketika stator dicatu dengan tegangan AC 3 phase, maka pada kumparan-kumparan stator akantimbul suatu medan putar.
Flux yang dihasilkan oleh medan putar ini akanmemotong kumparan-kumparan pada rotor dan menimbulkan arus induksi padarotor. Arus induksi yang mengalir ini akan mengakibatkan timbulnya medan padarotor. Interaksi medan rotor dengan medan putar pada stator ini menimbulkansuatu torsi yang menyebabkan rotor berputar searah dengan arah medan putar stator.



Rabu, 14 Mei 2014

SIFAT TERMAL BAHAN

SIFAT TERMAL BAHAN



Sifat termal bahan dikaitkan dengan perpindahan kalor.
Perpindahan kalor ada 2, yaitu :
-          Keadaan tetap ( steady heat flow )
-          Keadaan berubah ( transient heat flow)

  1. Perpindahan Kalor Keadaan Tetap
Dalam keadaan yang sebenarnya perpindahan kalor bersifat rumit. Oleh karena itu untuk kepentingan praktis, persamaannya disederhanakan.
Perpindahan kalor suatu bahan tidak hanya tergantung pada tahanan ( resistance ) bahan tersebut tetapi tahanan dari kedua permukaan bahan tersebut, atau koefisien permukaan bahan tersebut.
Persamaan aliran kalor : q = UA ( t1-t2)
Dimana, q = aliran kalor
               U= transmitan keseluruhan
                A= luas bahan atau elemen
               t1-t2=perbedaan suhu udara dua permukaan


Persamaan lain : q= 1/R A (t1-t2)
                           U=1/R


U=__________1__________________
             1/hi+1/ho+(d1/k1+d2/k2+...+dn/kn)
     

 Dimana, hi= koefisien permukaan dalam
                ho=koefisien permukaan luar
                k=konduktifitas termal
                d=tebal lapisan


Tahanan termal
R adalah jumlah dari tahanan termal dari kedua permukaan dan jumlah tahanan dari masing masing lapisan.
R=1/hi+1/ho+d1/k1+.....dn/kn
   = Ri+Ro+R1+.......+Rn


Faktor-faktor yang mempengaruhi konduktifitas termal
1.Kandungan uap air
Konduktifitas termal air sebesar 25x konduktifitas udara tenang.Oleh karena itu apabila suatu benda berpori diisi air maka akan berpengaruh terhadap konduktifitas termal.Konduktifitas termal yang rendah pada bahan insulasi adalah selaras dengan kandungan udara dalam bahan tersebut.

Hubungan antara konduktifitas termaldan kandungan uap air dituangkan dalam persamaan sbb:
            Kh=Kd(1+0,0125h)
Dimana, Kh=Konduktifitas termal pada kandungan uap air h
              Kd=Konduktifitas termal dalam keadaan kering
               H=kandungan uap air (%berat)

2.Suhu
Pengaruh suhu terhadap konduktifitas termal suatu bahan adalah kecil.
Namun secara umum dapat dikatakan bahwa konduktifitas termal akan meningkat apabila suhu meningkat.



3.Kepadatan dan Porositas
Konduktifitas termal berbeda pengaruh terhadap kepadatan apabila poro-pori bahan semakin banyak maka konduktifitas termak rendah. Perbedaan konduktifitas termal bahan dengan kepadatan yang sama, akan tergantung kepada perbedaan struktur, yang meliputi: ukuran, distribusi, hubungan pori/lubang.



Batas Konduktifitas Termal Bahan.
Konduktifitas termal bahan insulasi terbatas kepada konduktifitas gas dalam pori-por. Tidak mungkin bahan yang berpori memiliki konduktifitas termal lebih rendah dari udara tenang (still air).
Namun demikian ada bahan insulasi (foam) yang mempunyai konduktifitas termal lebih rendah dari udara tenang.

Beberapa sifat konduktifitas termal bahan dan sifat lainnya.

Klasifikasi                 Perincian                     Berat jenis     Kalor spesifik            konduktifitas
                                                                        Kgm/m³          Kkal/kgm˚c.    Kkal/m²
Papan                          Asbestos semen         1602                0,20                 0,56
                                    Gypsum board                        993                 0,25                 0,15
Tanah pengisi              Tanah                          1201                0,20                 0,32                
Bahan lantai                Aspal                           2243                0,22                 1,12
                                    Marmer                       2723                0,20                 2,16
                                    Teraso                         2435                0,20                 1,49
Bahan kaca                 Kaca                            2483                0,16                 0,64
Bahan insulasi             Asbestos,selimut         144                  0,20                 0,05
                                    Asbes, Papan insulasi 705                    -                     0,09
                                    Papan gabus               96                    0,47                 0,04
                                    Mineral wool                16-160             0,21                 0,03
Bahan bata                  Batu bata                     1826                0,18                 0,71
                                    Beton (ringan)             320                  0,21                 0,07
                                    Beton (padat)              2323                0,21                 1,30
                                    Plester                         1762                0,22                 0,58
Bahan atap                  Atap genteng               1922                0,22                 0,75
                                    Tanah                             -                      -                    
                                    Baja                             7849                0,12                 45,88
Kayu                            Kayu                            481                  0,45                 0,11



Koefisien Permukaan
            Koefisien permukaan berpengaruh terhadap perpindahan kalor secara konduksi, konveksi, dan radiasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perpindahan kalor pada permukaan :
1.Emisifitas permukaan (e)
2. Kekasaran permukaan
3. Kecepatan udara diatasnya atau disebelahnya
4. Suhu


  1. Emisifitas Permukaan
Emisifitas permukaan yang semakin tinggi akan menyebabkan peningkatan kalor         yang hilang secara radiasi.
Apabila suatu permukaan memancarkan radiasi kepada suatu daerah yang memiliki     suhu yang lebih rendah, maka koefisien permukaan akan meningkat.

2.Kecepatan udara yang semakin tinggi pada sebuah permukaan akan meningkatkan kadar aliran kalor secara konveksi paksa, dan meningkatkan koefisien permukaan.

3.Perbedaan Suhu antara permukaan dan udara diatasnya akan menyebabkan meningkatnya koefisien permukaan disebabkan perpindahan kalor secara konveksi.

4..Semakin kasar sebuah permukaan, akan menyebabkan meningkatnya perpindahan kalor secara konveksi yang juga menyebabkan koefisien permukaan meningkat, hal ini disebabkan terjadinya turbulensi (perputaran) udara yang mengalir didekatnya.

5.koefisien permukaan yang vertikal berbeda dengan koefisien permukaan yang horizontal.      

2.1.1      Sifat Termal Bahan
Perbedaan suhu antara dalam dan luar bangunan menyebabkan perpindahan kalor. Kadar kalor yang melalui setiap unsur bangunan bergantung kepada sifat termal bahan konstruksi bangunan. Bahagian berikut akan menerangkan sifat-sifat termal bahan yang merangkumi
·         kalor spesifik dan kapasitas termal,
·         konduksi termal dan konduktan,
·         tahanan dan resistan,
·         konduksi permukaan dan tahanan permukaan dan
·         emisiviti.

2.1.1.1  Kalor Spesifik dan Kapasitas Termal

Kalor spesifik sebuah bahan adalah sejumlah kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu sebuah massa bahan sebanyak 1 0C. Unit kalor tentu adalah J kg-1   0C-1. Bahan yang lebih besar nilai kalor tentu akan menyerap kalor yang lebih besar untuk setiap unit kenaikan suhunya. Kapasitas termal, yang berkaitan dengan massa dan kalor tentu daripada unsur tersebut, memainkan peranan yang penting. Bagi dinding yang menggunakan konstruksi berat, diperlukan sejumlah kalor yang besar untuk menaikkan suhu unsur tersebut sebelum memindahkan kalornya ke sisi dalaman. Akibatnya, terdapat ‘masa lambat’ antara gandaan kalor suria maksimum pada permukaan luar dan masa perpindahan kalor maksimum oleh permukaan ruang dalaman terhadap udara di dalam.

 ‘Masa lambat’, f, didefinisikan sebagai beda masa antara masa suhu permukaan dalam mencapai maksimum dan suhu permukaan luar mencapai maksimum. Masa lambat suatu unsur selari dengan muatan termal dan terbalik dengan konduktannya. Oleh itu, dinding batu bata yang berat dan tebal memiliki masa lambat yang tinggi, manakala dinding yang ringan dan nipis akan mempunyai masa lambat yang rendah.

2.1.1.2  Konduksi Termal dan konduktan

Konduksi termal suatu bahan, k, didefinisikan sebagai kadar aliran kalor (secara konduksi) melalui seunit luas sekeping bahan dengan seunit ketebalan dan seunit perbedaan suhu (Harkness, 1978; Billington, 1952). Konduktan daripada kepingan bahan didefinisikan sebagai kadar perpindahan kalor melalui seunit luas sebuah bidang apabila perbedaan suhu antara permukaannya adalah 1 0C. Konduksi adalah merupakan sifat sesungguhnya daripada bahan.

Konduksi termal dipengaruhi oleh empat faktor yaitu,
·         kandungan uap air,
·         suhu,
·         berat jenis dan,
·         keadaan pori-pori bahan.

Sebuah objek dengan nilai konduksi yang besar (nilai-k) adalah pengalir yang baik. Sebaliknya apabila memiliki nilai k yang kecil objek itu merupakan pengalir yang buruk atau penebat yang baik. Sifat-sifat penebatan hanya dapat dikekalkan apabila berada dalam keadaan kering. Dalam semua kes, konduksi meningkat selari dengan meningkatnya kandungan lembapan (Billington, 1952). Konduksi termal air adalah kira-kira 25 kali udara bersih. Oleh itu tidak menghairankan apabila penggantian udara dalam liang atau antara butir halus dalam bahan dengan air akan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap konduksi termal bahan. Kehadiran air akan menggandakan konduksi termal daripada dinding papan dan batu bata pada amnya dan juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap bahan-bahan bangunan yang lain.

Pengaruh suhu terhadap konduksi termal bahan adalah kecil berbanding selang suhu yang biasa ditemui dalam bangunan. Secara umum, konduksi termal cenderung meningkat selari dengan kenaikan suhu. Situasi ini lebih kerap berlaku dalam kes bahan ringan (light-weight) dengan perbandingan udara dalam rongga yang besar.

Konduksi juga dipengaruhi oleh berat jenis dan ‘keliangan’ (porosity). Nilai konduksi berubah apabila terdapat perubahan berat jenis dan kandungan lembapan sesuatu bahan. Bahan dengan berat jenis yang tinggi merupakan pengalir yang baik, sebaliknya apabila berat jenis semakin rendah, kandungan udara dalam rongga semakin besar maka semakin rendah pula konduksi termal. Secara umum dapat disimpulkan konduksi termal yang rendah bagi kebanyakan bahan penebatan sesungguhnyanya sesuai dengan udara yang dikandungi bahan tersebut.


2.1.1.3  Rintangan dan Tahanan
Kebalikan daripada konduksi (1/k) adalah tahanan, r, dengan unit m 0C W –1. Rintangan didefinisikan sebagai balikan daripada konduktan:
 
 


                                                                                                   0C/W     (2.2)

di mana,
R   -        Rintangan
C   -       Kalor tentu udara (W/kg/0C) 
d     -       Pekali rangkap pindah (W/j/m2/0C).
k    -        Konduksi termal (W/j/m/0C)
r    -       Berat jenis udara,


2.1.1.4  Konduktan Permukaan dan Rintangan Permukaan
Perpindahan kalor dalam bangunan perlu mengambil kira perpindahan kalor daripada udara ke udara melalui dinding, khususnya daripada udara luar ke udara dalam atau sebaliknya. Selain rintangan daripada dinding, terdapat pula rintangan yang diakibatkan oleh permukaannya. Rintangan pada permukaan ini nipis dan disebut dengan ‘rintangan filem’ atau ‘rintangan permukaan’. Rintangan permukaan yang terdapat pada dinding adalah rintangan permukaan dalaman dan luaran, sesuai dengan kehadiran lapisan filem udara pada kedua sisi dinding ini. Kebalikan daripada rintangan permukaan adalah ‘konduktan permukaan’ yang ditandakan dengan f.


2.1.1.5  Emisiviti  
Perpindahan kalor secara radiasi daripada satu objek kepada objek lainnya. Dalam proses ini bahan perantaranya tidak menjadi panas. Intensitas kalor yang dipancarkan oleh suatu permukaan diberikan oleh hukum Stefan Boltzmann:

 
                                                                                                W          (2.3)              


                                                                                                             
di mana
q r   -       Gandaan kalor radiasi suria  (W/j)
s     -       konstan Stefan Boltzman, 1.797x108
e     -       emisiviti bagi sebuah bumbung atau  dinding (m2
A     -       Luas permukaan dalaman bagi sebuah bumbung atau  dinding (m2
T     -       Suhu udara dalam ruang pada suatu masa  (K)

Emisiviti sebuah permukaan didefinisikan sebagai perbandingan daripada energi yang dipancarkan oleh permukaan dengan energi yang dipancarkan oleh sebuah objek hitam pada suhu yang sama seperti permukaan itu. Nilai emisiviti, e, dan  juga kebeserapan, a, daripada sebuah objek hitam adalah satu unit. Oleh itu, objek hitam adalah penyerap dan juga pemancar yang sempurna daripada segi radiasi termal.

Emisiviti sebuah permukaan bagi radiasi gelombang panjang adalah perbandingan radiasi termal dari satu luas terhadap radiasi daripada satu luas daripada sebuah pemancar berwarna hitam pada suhu yang sama;
 
 


                                                                                                                 (2.4)


Emisiviti merupakan fungsi daripada (1) sifat permukaan, warna dan kekasaran. Permukaan yang halus dan terang memiliki emisiviti yang rendah; dan (2) suhu permukaan. Untuk setiap panjang gelombang berlaku persamaan seperti berikut:
e  + r = 1
 
 


                                                                                                                 (2.6)

di mana e adalah emisiviti dan r adalah radiasi suria

Apabila emisiviti sama dengan daya serapan pada suatu suhu, maka persamaan di atas berubah menjadi:
e    =  a  = 1 – r

 
 


                                                                                                                 (2.7)

                                                                                                                
2.1.1.6  Rintangan Termal Ruang Udara
Konduksi termal untuk udara sangat rendah (Billington, 1978). Oleh itu sebuah ruang yang tertutup rapat merupakan sebuah rintangan yang baik. Perpindahan kalor secara konduksi adalah kecil berbanding dengan radiasi kalor dari satu permukaan ke permukaan lain. Selain itu  juga berlaku proses perpindahan kalor secara perolakan di dalam ruang udara tersebut. Perpindahan kalor secara perolakan lebih besar berbanding dengan konduksi. 

Konduksi termal udara tenang (still air) samada di bawah bahan-bahan bangunan, liang dalam dinding ataupun bumbung dianggap memiliki rintangan termal yang tinggi. Kebanyakan proses perpindahan kalor melalui sebuah rongga berlaku secara radiasi, yaitu antara permukaan yang berhadapan pada rongga tersebut dan hanya sedikit kalor dipindahkan secara konduksi melalui udara (Harkness, 1978).

Apabila liang dilapik dengan lapisan nipis logam penebat (seperti aluminium foil) sebagai penebatan yang bersifat memantul, maka rintangannya akan meningkat. Hal ini disebabkan daya serapan untuk lapisan tersebut terhadap radiasi adalah rendah (daya serapan gelombang pendek adalah kira-kira 0.05). Mengecat dengan warna putih (daya serapan kira-kira 0.90) tidak akan menghasilkan rintangan yang lebih baik berbanding dengan menggunakan lapisan nipis logam (Harkness, 1978). Secara umum, permukaan logam yang berkilat adalah bahan penebat gelombang panjang, sedangkan permukaan dengan cat putih sesuai untuk radiasi suria.



2.1.1.7  Rintangan Menyeluruh
Dinding atau bumbung bangunan biasanya terdiri daripada beberapa lapisan yang berbeda bahannya. Rintangan menyeluruh daripada lapisan tersebut didapati dengan menambahkan setiap rintangan lapisan tersebut. Oleh itu, persamaan rintangan menyeluruh adalah:
 
 


                                                                                                   0C/W     (2.9)

di mana RT adalah rintangan menyeluruh bagi lapisan-lapisan sedangkan  R1,R2 dan Radalah rintangan untuk lapisan 1, 2 dan 3

2.1.1.8  Keberhantaran atau Nilai-U
Keberhantaran atau nilai U daripada sebuah objek didefinisikan sebagai kebalikan daripada rintangan menyeluruh. Unit keberhantaran adalah sama dengan konduktan, yaitu W m –1 0 C –1.  Pada praktikalnya, keberhantaran melalui dinding bangunan daripada udara luar ke udara dalam sentiasa diambil kira. Dalam hal ini rintangan filem luaran dan dalaman harus diambil kira secara berasingan daripada rintangan dinding ataupun bumbung.